Ini Kali AA Yang Pergi

“APA masih ada yang lain di luar? Kalau tidak ada lagi, saya mau mohon izin….”desah AA pada pukul 20.20 WIB malam Jum’at, 25 Maret 2010 di ruang rawat Geurutee Kamar 14 Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. Malam menegang, seketika meremang! Hanya sekejap, sebab sekejap kemudian remang itu kembali meruapkan serbaneka bau obat, mengerubungi delapan penjuru ruang dan lorong-lorong pengap rumah sakit. Aku, Ampon Yan, Ateng Arifin Tambunan, Nurmaida Atmaja, istriku dan istri Ateng sama-sama tercekat dan terkesiap. Kami terperangah-perangah dan saling pandang-memandang satu sama lainnya. Desahan AA sungguh amat memasgulkan bezuk kami malam itu.
Ketika pamit pulang, hati dan pikiranku kacau bercabang-cabang. Raut rupa AA yang pucat, tatap mata meredup, desah suara serak terengah, dan gapai tangan yang lunglai telah menyurukkanku terpelanting pada sudut kenang-kenangan yang berpuluh-puluh tahun terlewatkan bersamamu, AA! Aduh, kenangan itu menyentil dan melambungkanku pada masa di kala muda usia kita, ketika asyik masyuk merangkai-rangkai kata jadikan syair, lalu tebarkan di Mimbar Swadaya, Atjeh Post dan Mingguan Peristiwa. Lalu malam-malam kita berlalu sambil mencungkil-cungkil bait puisi demi puisi di frekwensi Radio Expo 70. Ada Fikar W. Eda dan Wiratmadinata ketika itu. Sesekali ada juga almarhum Maskirby, almarhum Hasyim KS, Hasbi Burman dan Doel CP Allisah mengulas sastra seni budaya pemanis hidup biar tak gerah, biar tak kaku. Beberapa kali di rentang tahun-tahun itu kita pernah juga bermain-main sandiwara aneka sandiwara di gedung sandiwara yang ada di taman budaya sandiwara kota kita. Ah, sandiwara-sandiwara itu…

Begitu lekat dan tak lekang-lekang kenangan itu, padahal itu telah 23 tahun berlalu. Begitu dekat, begitu lekat, hingga aku tak pupus habis dirundung haru saat mengulur-ulur sisa malam Jum’at itu, ketika dalam seketika menyeruak kembali raut rupamu yang pucat, tatap matamu meredup, desah suaramu serak terengah, dan gapai tanganmu yang lunglai, wahai AA…  

***

Pukul 20.38 WIB malam Sabtu, 26 Maret 2010 sebuah SMS masuk ke ponselku yang dikirimkan oleh Zulfikar Sawang. Isinya : AA kritis di RSUZA (Geurutee Kmr 14).  Zulfikar Sawang sedang di Jakarta, ia mendapatkan kabar itu dari J. Kamal Farza yang ketika itu sedang membesuk. Wahai, AA… kembali berpendar-pendar di pelupuk mataku raut rupamu yang pucat, tatap matamu meredup, desah suaramu serak terengah, dan gapai tanganmu yang lunglai….

***

Dua SMS masuk ke ponselku pada pukul 08.01 dan 08.33 WIB pagi Sabtu, 27 Maret 2010. SMS pertama dari Zoel Lidan dan satunya lagi dari Sulaiman Tripa. Isinya : Innalillahi wa innailaihi rajiun.…telah berpulang ke rahmatullah Asnawi (AA Manggeng) tadi pagi Sabtu jam 01.30 di RSU Zainoel Abidin Banda Aceh.

AA, telah sampai waktumu. Entah kapan tiba waktuku…. Matahari pagi ini merangkak sendu sekali. “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. Al-Fajr [89]:27-30.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Memberi komentar,saran dan kritik untuk kemajuan di blog ini di kolom komentar bawah ini :