Andai Ibu Dapat Dibeli

JALAN bising mengiring sengar terik. Lalu lalang keramaian dalam empat penjuru arah yang hanya mampu dihentikan lampu jalan berdurasi “90” detik. Debu kegersangan menukaskan kekesalam alam yang menjadi suri. Bocah itu terduduk letih menatap dari satu pohon  rindang. Kulitnya yang legam mengkilat menatap satu persatu kendaraan yang lewat di hadapannya sambil menunggu celengannya berisi penuh.

“Mir, kau jalanlah ke ujung sana. Biar banyak celengannya penuh” Seorang anak yang lebih besar dan bermata bulat mengagetkannya. Dengan malas ia berusaha bangkit namun terduduk lagi. Melihat kemalasannya, suara itu hanya menggeleng dan pergi menuju jalan raya mecari tangan-tangan dermawan pemberi rizki.
Amir yang tampak lelah, terus berharap di sela istirahat dipinggir jalan itu, ada yang baik hati mengisi celengannya. Sesekali suaranya berucap parau meminta pada pejalan kaki yang melewatinya , atau tangannya mengadah terjulur panjang menampung uang.

Seragam-seragam sekolah melewatinya. Wajah mereka juga letih tapi ada keceriaan yang bergayut, tanpa beban. Wajah anak-anak diliput kasih sayang. Dan itu tak terlihat pada raut Amir. “Setiap hari kau terus termenung di jam-jam siang begini, padahal jam segini yang banyak pemberinya. Kau jalanlah seperti si Fikar.” Hardik seorang ibu yang menggendong bayi yang kembali membuat kaget bocah itu. Maka  ia pun bangkit menuju suara itu, membelai bayi yang tertidur pulas di bawah terik siang itu.

“Kau beruntung punya ibu adik kecil, kalau kau besar kau saja yang ikut aku meminta-minta ya.” Amir mencubit gemas pipi bayi di dekatnya dan tersenyum kecil pada sang ibu yang mengerti makna dibalik ucapannya. Bocah pengelana yang tersesat, dan tak tahu akan berujung dimana. Kini ia dengan kesedihannya itu berjalan menyusuri tepi kota membawa celengan yang harus diisi penuh. Ahai, seandainya ibu dapat kubeli, akan kubeli sebanyak-banyaknya, guman Amir sambil menenteng celengan berisi hasil dari meminta-minta.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Memberi komentar,saran dan kritik untuk kemajuan di blog ini di kolom komentar bawah ini :