Will You?

REMOTE TV sudah sepuluh menit ini berada di genggamanku. Entah sudah berapa puluh kali aku mengganti channel TV. Ah, siaran yang bagus memang sangat jarang. Berita juga sepertinya itu-itu saja, hanya sekedar diulang-ulang tanpa tambahan berita yang berarti. Tapi tunggu dulu, ternyata ada film bagus di salah satu saluran. Wah, ternyata film ini sejak tadi kulewatkan. Mungkin aku mampir tidak pada saat yang tepat, alias iklan.

Bagi aku yang penggemar film romantis, tentu saja film Will You Marry Me itu film yang masuk kategori top margotop (pinjam kata-katanya Pak Bondan). Wih, rasanya kisah di film itu sesuai sekali dengan impianku selama ini. Singkatnya sih, tidak terlalu lama berpacaran, dilamar di depan banyak orang dalam suasana yang romantis, menikah dengan baju dan suasana yang indah, juga dihadiri oleh kerabat dan teman-teman dekat.
Film yang kutonton kemarin ternyata sangat mempengaruhi kehidupan percintaanku. Ya, aku memang sudah in relationship dengan seseorang. Hubungan yang menurutku sudah cukup lama ini sepertinya belum mengarah ke hubungan yang lebih serius. Memang tidak ada pertengkaran yang serius, tapi sepertinya semua hanya berjalan datar tanpa ada tanjakan sama sekali.

Sebagai perempuan yang sudah berusia di pertengahan 20, tentu ada keinginan untuk segera mengenakan cincin pertunangan. Keinginan besarku ini terbentur oleh egoku yang besar. Egoku sebagai perempuan yang mencegahku untuk menanyakan lebih jauh ke Eko, kekasihku.

Eko yang memang sensitif segera menangkap gelagat burukku. Padahal sepertinya aku tidak melakukan hal yang berbeda dibanding hari lainnya. Perhatian dan kasih sayang yang kuberikan kepadanya tetap utuh. Hanya saja, jujur kuakui, aku lebih banyak melamun. Begitu banyak pikiran dan harapan yang berkecamuk di kepalaku. Begitu juga hari ini.

“De, kamu kok melamun? Kamu ada masalah?” sapanya memecah anganku. Aku seperti tersadar dari mimpi. Kuhampiri kekasihku sambil menggelayut mesra. “Ah, masak sih. Mungkin hanya terlalu lelah,” jawabku untuk menepis kebingungannya. “Oh, ya sudah,” katanya sambil meneruskan aktivitasnya.

Ah, jawaban itu, sikap itu, perlakuan itu. Semua yang membuatku banyak bertengkar dengannya di awal hubungan kami, kini seperti bumbu penyedap. Eko yang cuek, Eko yang apa adanya, Eko yang mencintaiku tanpa syarat, Eko yang membiarkan aku tetap menjadi aku. Fiuh, ternyata aku lagi-lagi melamun. Untung saja kali ini Eko tidak menyadarinya. Ia terlalu mendalami pekerjaannya.

Sungguh, aku sudah merasa klop dengan Eko. Tidak hanya Eko,namun juga seluruh keluarganya. Dalam hati aku berharap Eko akan segera melamarku. Membawaku benar-benar masuk ke dalam kehidupannya. Berharap Eko melamarku dalam makan malam romantis. Tidak perlu mewah, tapi tenang sehingga membuat kami dapat berbicara dari hati ke hati.

Membayangkan Eko diam-diam membeli cincin indah untukku. Tidak perlu terbuat dari emas yang bertahtakan berlian. Cincin perakpun sudah cukup bagiku. Bermimpi Eko datang sambil membawakan bunga yang menawan untukku. Tidak perlu bunga berwarna hijau yang pernah kuminta untuk menunjukkan keseriusannya padaku. Mawar merah, bahkan bunga liarpun akan membuatku melambung.

Mengangankan pangeranku memintaku menemaninya untuk seumur hidup, berbagi dalam suka dan duka. Tidak perlu melihatnya berlutut sambil mengucapkan kata-kata yang romantis. Menggenggam tangan dan menatap mataku sambil mengucapkan “magic word” itupun sudah sangat berarti bagiku. “De!” panggilan dari alam nyata membuatku tidak sempat berangan-angan lebih jauh. “De, mau nggak kamu nikah sama aku?” Tanya kekasihku sambil tetap memegang perkakas andalannya. “Hah? Maksudmu?” tanyaku ragu, sama sekali tidak menyangka.

“Ya aku mau kita menikah. Memang untuk ngomongin hal ini harus pakai romantis-romantisan, ya?” Katanya santai. Ya Tuhan, ternyata dengan cara sesederhana inipun hatiku sudah dag dig dug tak karuan. Tidak perlu tata cara tertentu, tidak perlu suasana yang romantis, tidak perlu kata-kata yang indah. Satu-satunya yang diperlukan hanyalah orang yang tepat untuk mengatakannya. “I do, dear... I do...”

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Memberi komentar,saran dan kritik untuk kemajuan di blog ini di kolom komentar bawah ini :