Cinta Tak Terlambat

SEJUKMU begitu luruh kupandangi dalam gelap malam. Sebenarnya aku tak sengaja mencintaimu, tak terduga rindu padamu, hingga tak terencana memilkimu. Tapi beginilah yang diatas menakdirkanmu untukku, walau rasanya aku berat meninggalkan dia cinta pertamaku. Ingat kah kau, saat itu, saat dimana ta’aruf harus kulakukan bersamamu karena tuntutan. Sebenarnya aku tak ingin mempedulikan hasrat kedua orangtuaku padamu, pilihanku telah ada dan telahku tetapkan. Namun, guratan sedih di raut wajah bundaku tak ingin aku menambahnya. Harus beginilah, pertemuan itu berjalan dan tak ada rasa gembira dalam benakku. Kau hanya tersenyum, kemudian menunduk karena mungkin sorotan mata tajamku padamu, sengaja! Aku tersenyum lirih ketika kau keluar bersama kedua manusia itu. Kau takkan pernah bersamaku (pikir dalam hatiku). Bunda juga tak memaksaku lagi untuk menyetujuimu menjadi pendampingku dengan catatan gadis yang kupilih lebih segalanya darimu. Tentu saja kupikir, pilihanku lebih dari pilihan bunda, dia adalah seorang wanita berpendidikan tinggi dengn gelar mentereng, kekayaan yang melimpah, kreatifitas yang tinggi serta style pakaian yang apik. Tak seperti wanita pilihan bunda yang kampung!

“David? Mama ....
“Ada apa?”
“Indah datang.”
“Trus kenapa?”
“Temui dia David,” seraya mama yang mengengganm lenganku.
“Mama, bukankah telah engkau katakan akan menyetujuiku dengan pilihanku, tapi mengapa sekarang kaupaksakan aku bersamanya lagi, wanita kampung itu?” gugatku

Plakkk ... tangan mama yang lembut menamparku dengan tegas dan lugas.
“Mama tak ingin kau terjerumus, Dav.”
“Mama ... egois!” Seketika itu juga aku keluar dari kamar itu. Mama pun hanya termenung, terdiam.
“Mas ... mau kemana,” kata Indah heran.

“Karena kau wanita sok alim ... aku dan mama ... ahghhh!!” Tak sempat kumemaki Indah, kepalaku sudah terlalu pening.
“Mas ... Mas ... balik Mas!” Sayup-sayup kudengar Indah memanggilku. Ia berlari kecil hingga akhirnya terhenti.
*****
Dua minggu kejadian itu berlalu, aku masih di kosan temanku. “Vid, lo nggak mau pulang kasian mama lo, tuh,” ujarnya tiba-tiba. “Ahgghhh ... tau apa lo? Lo nggak terima gua di sini?” Aku berusaha mempertahankan diri
“Bukan gitu Vid, tapi terserah lo, lah” katanya menyerah.

*****

Hari ke 20 aku masih di sini, terpuruk karena tamparan bunda kesayanganku hanya karena wanita tidak jelas seperti Indah. Ngomong-ngomong soal wanita aku belum menemui Rere. Bagaimana kabar cintaku itu? Beranjak aku dalam lamunan itu. Kuhampiri rumah Rere yang megah dengan pagar besi. Tak lupa pula pos satpam di depannya.
“Eh, Nak David, lama nggak ke sini?” Pak satpam menyapaku ramah.
“Iya Pak, o ya Rerenya ada?” tanyaku.
“Non Rerenya pergi tuh,” tukasnya.

“Kemana Pak?” ujarku.
“Waduh saya kurang tahu, Nak David,” jawaban yang tidak memuaskan.
“Ooo ya, udah, salam aja untuk Rere ya Pak,” pesanku. Ia mengangguk dengan senyum tipisnya.

Penat sudah, Rere tak kudapat, rindu ini juga tak terlampiaskan. Pegal rasa badanku, tapi marah ini benar-benar memuncak ketika kulihat Rere bercumbu dengan teman yang kuminta tolong berteduh.
“Jahanam ... kalian ... setan semuanya!!!” Mereka berdua terkejut, kemudian membenahi pakaian yang hampir lepas.
“Vid, tunggu!”

“Halah ... wanita busuk lo! Gua bela-belain keluar dari rumah hanya karena lo!”
“Lo ... ngerti dong Vid, posisi gua!”
Secepatnya ku pergi dari tempat itu. Kulihat Foga hanya terdiam akan kesalahannya. Temanku satu itu mang benar-benar munafik. Nyata saja dia menyuruhku kembali pada mamaku. Menyesal dan sumpah otakku benar-benar tak bisa mengolah semua ini. Kulanjutkan langkah ku menuju rumah yang kurindukan sejak beberapa minggu yang lalu. Mama ... kulihat bundaku terbaring lemas dan pucat. Aku menyembahnya dan memegang tangannya dan kunyatakan rsa bersalah ini. Kulihat Indah membawa talam yang berisikan makanan dengan minuman di sampingnya.
Indah! Sedikit kuterkejut.

“Iya, Vid .... sejak kamu pergi Indah yang merawat mama,” kata bundaku.
Saat itulah kusadar wanita ini begitu indah seperti namanya, hinggaku mantapkan akan jadi penjaganya hingga akhir hayat. Bukan karena rasa bersalah ku. Ini karena terlebih aku sadar aku menemukan wanita yang tepat.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Memberi komentar,saran dan kritik untuk kemajuan di blog ini di kolom komentar bawah ini :