Surat untuk Guru

GURU, akhir-akhir ini namamu terpojok. Itu bias lelaku spontan beberapa kolegamu terhadap anak-anak muridnya. Tapi aku sebagai murid pastikan tetap menghormati dan mencintaimu. Sebab pengorbanan yang telah engkau berikan tak akan pernah kulupakan. Dan itu lebih besar dari beberapa kekhilafan yang dilakukan kerabatmu. Aku pun masih yakin kalau guru adalah p\ahlawan yang terbaik dimiliki bangsa ini.

Oya, guru sudah lama juga kita tak saling menyapa. Seperti dulu ketika engkau menyapa kami di pagi hari, “anak-anak, apa kabar hari ini?” Itu sebabnya hatiku bergetar juga ketika mengingatmu setelah mengetahui serangkaian lelaku kekerasan yang diperagakan kolegamu itu. Itulah sebab aku menggoreskan tinta ini untuk mengirim kabar, setidaknya mengenang-ngenang jasamu. Itu sudah cukup sekedar melepas rindu kepadamu guru.
Terbetik untuk menyurati guruku saat ini, untuk menyatakan rasa penyesalan karena sampai sekarang belum mampu membalas jasanya dan sedikit ingin memberikan kado kebahagiaan. Memang itu bukan yang engkau harapkan dari kami murid-muridmu, meskipun sering engkau kesal ketika menyaksikan tingkah laku kami yang suka bolos dan sering lalai ketika kau suruh mengerjakan PR.

Murid-muridmu kadang keterlaluan, bahkan kami tahu ketika itu engkau hampir berputus asa hanya karena kebodohan kami. Namun karena keihlasan dan keteguhan, tidaik pernah berhenti mengajari kami tentang kebaikan yang sampai hari ini terus engkau lakukan. Kami juga merasakan bagaimana hidupnya dengan gaji yang samasekali tak seimbang dengan jasa yang engkau berikan untuk negeri ini.

Guru, sekarang kami makin mengenal arti kehidupan ini, menyadari pula siapa dirimu ketika perjalanan hidup yang berliku-liku ini memberi kami banyak pelajaran. Sungguh keputusan memilih jadi guru, memang suatu yang sangat mulia. Apalagi engkau tidak pernah membutuhkan kata-kata indah dan tiupan seruling selamat datang untuk menyambutmu. Itu pula yang bikin aku tersayat ketika merenung-renung realita, memenungkan keadaan anak-anak muda yang engkau didik saat ini. Aku tersayat ternyata engkau tak pernah pesimis, tak pernah berhenti dan selalu mengharapkan perbaikan dan perubahan.

Karenanya guruku jangan bersedih jika ada yang menodai profesimu, Untuk sekedar guru ketahui, banyak murid-muridmu yang pernah kau ajar dulu sudah jadi hebat-hebat. Tidakkah engkau melihat para pemuda lugu yang berlomba-lomba meraih shaf pertama di masjid-mesjid, berlomba duduk di pengajian-pengajian dan majlis-majlis pengetahuan?

Buah karya yang sudah engkau torehkan itu sehingga banyak muridmu menajdi orang-orang besar, menjadi penulis, wartawan, ulama, politisi, pengusaha, eksekutif dan lainnya. Seluruh yang engkau lihat- wahai guruku adalah sebagian dari hasil jerih payahmu. Karenanya lewat surat ini izinkanlah aku memohon do’amu agar harapanmu dulu bisa kuwujudkan. Aku juga yakin tiada yang bisa lebih membahagiakanmu kecuali melihat kami murid-muridmu berhasil. Salam buat pahlawan kami

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Memberi komentar,saran dan kritik untuk kemajuan di blog ini di kolom komentar bawah ini :