Orang-Orang Yang Datang

SEKALI waktu, orang-orang itu datang ke rumah-rumah kami. Mereka membawa senyum-senyum sambil ucap salam dengan mulut sopan. Satu dari mereka letakkan tangannya di pundakku,”adalah satu karunia bisa hidup di sini,” Kami duduk tak bergerak. Tak ada seorangpun yang pernah berkata seperti itu pada kami sebelumnya. Melalui bahu, aku lihat bapak yang beri senyum paling hangat yang pernah saya saksikan. Lalu orang-orang yang datang itu huni sebuah bilik yang kami beri. Terdengar bunyi dari bilik itu. Bam-bim-bum, pam-pum, tam-tim-tum. Pikir kami itu adalah suara khas mereka.

Maka biarkan bagi kami adalah jalan baik. Sekali hari, mereka keluar dari bilik dengan peralatan aneh: parang-parang tajam, bedil-bedil yang berbau kemenyan. Kepadaku, mereka kasih senyum aneh. Aku rasai itu sebagai senyum sunyi. Mereka pergi entah kemana. Tidak pulang hingga tujuh hari lamanya. Selama pergi itu, bunyi ganjil kami dengar. Bunyi itu berwarna asing. Dam-dum, auww, tolong. Mereka pulang ke rumah kami, mereka tidak ucap salam. Masuk ke bilik mereka dengan tatapan singa hutan. Bam-bim-bum, pam-pum, tam-tim-tum.
Pada satu malam, api di mana-mana. Api itu membakar kayu-kayu rumah kami sehingga remuklah tempat hunian itu. Orang-orang itu terbahak-bahak seperti raja penguasa negeri kejahatan. Selamatkan dirilah kami ke hutan tempat harimau beranak. Sebahagian kami menangis sesali jahat orang itu. Sebahagian duduk merapat, berbicara dengan bahasa serius. Aku menangis dan memeluk pohon hutan. Kemudian bunyi asing terdengar di tempat harimau beranak itu, pam-pem-pom, dhuam-dhuem. Kami tidak makan nasi. Kami makan bunyi itu setiap hari.

Pagi-pagi sekali, mereka turun dari tempat harimau beranak itu dengan memikul runcing-runcing tajam dan beberapa bedil. Sebahagian kami melanjutkan perjalanan tanpa tujuan. Dalam perjalanan bunyi aneh, bunyi asing seperti tengah bertempur. Beberapa orang di antara kami mengucap agar perjalanan kami dihentikan sudah. Pohon-pohon hutan kami singkirkan dan bangun tempat hunian seadanya. Kami tidur dengan keberanian takut sebab bunyi-bunyi bertempur seperti akan mematikan kehidupan kami.

Pagi-pagi sekali, mereka-mereka itu terengah-engah tiba-tiba di tempat kami. Mereka-mereka itu adalah orang-orang kami yang suatu pagi turun dari tempat harimau beranak ini dengan memikul runcing-runcing tajam dan beberapa bedil. Kata mereka, terengah-engah takut sebab orang-orang itu mengejar mereka dan membawa maut. Pada petang di mana kami tidak siap untuk mati, orang-orang itu datang ke tempat kami dengan langkah-langkah sombong. Sambil terbahak-bahak membunyikan suara-suara aneh. Aku menangis ketakutan, aku hanya ingin seperti dulu. Orang-orang itu tidak datang. Tidak ada bunyi-bunyi asing di sini. Kemudian orang-orang itu membagikan maut satu-persatu kepada kami.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Memberi komentar,saran dan kritik untuk kemajuan di blog ini di kolom komentar bawah ini :