Cerpen - Benang Halus untuk Cleopatra

Cerpen Karya Aneuk Aceh - Pagi-pagi sebelum bel tanda masuk tes semester menyentaknya, Aldo sudah menyapanya tidak seperti biasa cowok yang menjabat ketua kelasnya kini duduk di sampingnya. “Anggit!, Bu Nisa menunjukmu!”, Aldo melontarkan permintaan dengan penuh hati-hati.

“Aku disuruh apa ?”.awab Anggita dengan roman muka yang dilipat kaku. “Kamu ditugasi Bu Anis untuk tampil di opera kolosal Cleopatra dan Mark Anthony, rencananya 2 minggu lagi kita harus siap pentas, piss kamu mau, ya ?”. Sepotong kalimat Aldo diucapkan dengan lugas.

“Bodo ah !, kenapa harus aku, kan masih banyak temen temen yang demen tampil, gaul dan gokil, ah sorry ya Aldo!”. “Tapi ini permintaan Bu Anis sendiri, masa kamu nggak mau”. Aldo mengangkat kedua tanganya lebar lebar, sepenggal kekecewaan kini hadir di hatinya.

“Aldo, piss !, kamu kan bisa menyampaikan sama Bu Anis kalau aku nggak bisa ! “ “Anggit, itu memang hak kamu, tapi sekali lagi ini permintaan Bu Anis !, kamu harus tau dong !!!”. “OK Aldo !, sekarang aku mau tanya !, peran apa yang harus aku bawakan?” Tanya Anggita yang tambah serius sikapnya.

“Kamu dipilih Bu Anis untuk memainkan Cleopatra, dalam bentuk opera. Kamu kan bisa nyanyi ?” “He, apalagi peran ratu yang cantik jelita, aku lebih pantas jadi nenek sihir saja, aku nggak mau Aldo !!!” “Terus siapa lagi, piss dong Anggit !!!”. “Terserah kamu aja !, pokoknya aku nggak mau !!” Kelihatan wajah Anggita bertambah kecut, bola matanya seakan mau lepas dari rongganya.

Kembali Aldo mengangkat kedua tanganya dengan senyum pahit menghiasi wajahnya. Sebenarnya banyak hal yang akan dibicarakan Aldo pada cewek yang cantik, smart tapi tidak punya percaya diri itu. Tapikini cewek yang wajahnya uring uringan itu ngloyor begitu saja keluar kelas.

Tapi Aldo tidak putus asa karena menurut pertimbangan dia dan Bu Anis, hanya Anggita yang pantas memainkab peran Cleopatra. Desakan Bu Anis begitu kuatnya, barangkali saja Bu Anis memiliki hasrat terpendam demi membangun percaya diri anaknya yang sentimentil ini.

“Sebenarnya ibu memilih Anggit, untuk memerankan Cleopatra adalah demi kebaikan dirinya sendiri. Dibalik wajahnya yang melo , tersimpan karakter keras dan tegas. Karakter seperti itulah yang cocok dengan Cleopatra. Tapi sayangnya dia memiliki pd yang lemah, untuk itulah ibu agak memaksanya untuk tampil”, Bu Anis mencoba menepiskan keraguan hati Aldo tentang maksudnya, saat usai tes semester hari ini.

“Tapi bu, dia tetap tidak mau. Aku harus bagaimana ?”. “Biar saja masalah Anggita serahkan saja pada ibu” “Tapi untuk membangun pdnya Anggita, tidak bisa secepat itu, bu !” “Memang susah Aldo !, seharusnya dia bertemu dengan cowok seperti Mark Anthony dalam kehidupan sebenarnya, barulah dia memiliki pd seperti teman teman lainnya”. Di wajah Bu Anis sambil mengembang sebuah senyuman yang lepas.

Sementara di sisi hati Aldo terdapat benang benang halus dan lembut tentang siapa paling berhak menjadi Mark Anthony yang sebenarnya untuk Cleopatra. “Apakah aku pantas ?”, Aldo meninggalkan ruang Bu Anis dengan menyisakan sebuah pertanyaan untuk dijawab sendiri. “Bukankah kisah Cleopatra dan Mark Anthony dikenal sebagai kisah asmara yang tragis. Keduanya sama-sama memutuskan bunuh diri pada 30 SM setelah kalah perang. Mark Anthony diceritakan tewas dengan pedangnya sendiri, sedangkan Cleopatra mati karena gigitan ular berbisa yang diambilnya sendiri , bisakah aku menjadi Mark Anthony ?”.

Anggita tidak mampu menyembunyikan perasaan galau dan resahnya, saat keesokan harinya dia harus menghadap Ibu Anis, kentara di raut wajahnya yang tidak berseri seperti hari hari biasanya. Performa Anggita saat itu seperti pesakitan yang dipapah menuju tiang gantungan di samping algojo yang berwajah angker. Dalam benaknya tidak henti-hentinya dia mengutuk Bu Anis, yang sungguh kelewatan. Sementara itu Aldo dan sokib sokib satu

kelas denganya, menunggu keputusan sang Cleopatra , untuk tampil dalam opera legendaries itu. Anggita tidak berani memandang tajam wajah Bu Anis, dia hanya mampu menundukan wajahnya. “Anggit !, apa selama ini sikap Bu Anis dalah ?” “Tidak, bu !” “Kenapa kamu menolak permintaan ibu dengan kasar ?’ “Karena aku tidak mampu dan takut pada peran Cleopatra”

“Kenapa takut, saying !,kamu mampu kok !”. Kata kata manis Bu Anis, memang sesuatu yang tidak dia tutup tutupi, suatu ungkapan perasaan sayang kepada putranya yang sejak dari kelas X menjadi perhatian dia. “Tapi, peran Cleopatra seharusnya diberikan kepada teman teman sekelas yang cantik bu !,. bukan pada Anggita”

“Siapa bilang kamu jelek ?, ibu banyak mendengar dari temanmu kalau kamu banyak didekati teman teman kamu. Bu Anis yang wanita saja menaruh simpatik sama kamu. Kamu cantik, santun, pandai lagi. Anggit !, sudahlah mau sampai kapan lagi kamu takut menhgadapi peluang!, terimalah ini dengan enjoy dan penuh percaya diri, ya saying ?”

Anggita masih menundukan wajahnya, tetapi benang benang halus mulai semi di hatinya . Benang benang percaya diri dan rasa bangga membawakan peran sebagai Cleopatra, Ratu Mesir yang membuat Mark Anthony, kaisar agung dari Romawi bertekuk lutut padanya.

“Bu Anis !, tapi Anggit nggak bisa nyanyi?”

“Anggit, hayo jawab !, siapa yang sering nyanyi nyanyi dalam kelas atau di kantin sekolah saat istirahat, kamu kan ?. Sudahlah Anggit, jangan menghindar dan membohongi ibu, ini semua demi kamu kok !!!”

“Tapi, bu !”

“Anggit ! pilihan ini sebenarnya bukan dari ibu, tapi dari teman teman sekelas kamu dan semua guru. Apalagi anak anak yang gabung di band kita, semua pengin mendengar kamu nyanyi di panggung. Mereka sudah siap latihan kok dan scenarionya sudah di Aldo, Kalau kamu masih ngambek terus, semua acara ini bakal berantakan, siap ya sayang ?”

“Gimana, ya bu ?” “Anggit !, kalau sesuatu datang dari orang yang menyayangi kamu, biasanya sesuatu yang baik. Pernahkah papa mamamu menjerumuskanmu. Kalau peluang ini masih kamu tolak, maka di masa mendatang kamu akan terus membenci kehidupan ini !”.

Senyum tipis yang mampu menjadi magnet bagi cowok yang melihatnya, kini menghiasi wajahnya. Pertanda dia setuju dengan permintaan Bu Anis wali kelasnya. Benang benang halus kini bersemayam kuat di hatinya. Anggitapun minta pamit pada Bu Anis, kini dia sudah berada di tengah pintu keluar ruang guru. Sebuah panggilan lembut Bu Anis menggetarkan gendang telinganya.

“Anggita!, ibu belum cerita sama kamu, siapa yang akan memerankan Mark Anthony.” “Siapa, bu ?” “Yang jelas, peran itu ibu berikan pada teman yang cocok berdampingan dengan kamu !. Tapi selama ini kamu nggak mau jujur kan!, kamu sering pura pura marah sama dia kan !” “Ah..siapa ya bu!” “Nanti juga kamu tahu, ini masih rahasia sutradara.”

1 komentar:

Silakan Memberi komentar,saran dan kritik untuk kemajuan di blog ini di kolom komentar bawah ini :