Dengarkanlah, Tuan!

Tuan, Dengarlah!
Duduklah sejenak di atas tikar kami yang lusuh ini
Tak perlu kau membasuh kaki,
Air terjun sudah sangat deras
kami takut kau terhanyut

Tuan, sudah tahukah engkau tentang kisah usang?
Alam murung, dan langit menangis
Isi rimba sangat kecewa
Tak ada yang mendengar raung luka mereka


Sekarang lihat ke sana, Tuan,
Lihatlah bumi bersedih
Lihat itu, hutan kita beramai diperkosa, berkali-kali!
Sengaja mereka lakukan demi menukar rupiah dengan bah

Tuan, sudah tahukah engkau tentang
gaungmu yang kini pudar
Duduklah sejenak di sela pepohonan itu
Dengarkan lagi jerit satwa dan suara gergaji
Duet bunyi yang sedang mengundang maut lain

Tuan, kalau bisa ajarkanlah tentang kebijaksanaan
Tentang hutan, tentang anak cucu, dan tentang kehidupan
Telinga sebagian kami telah sumbat dengan rupiah
Alangkah mulianya jika kau bisa menyinari gelap

Dan jika bisa begitu, kami akan mengasihimu
Kami akan mencintaimu, Tuan
Seperti kami mencintai diri sendiri
Seperti tumbuhan yang dicintai musim semi

Karya Putra Hidayatullah
Putra Hidayatullah, warga Desa Ulee Gampong Gumpueng, Kecamatan Mutiara Timur, Pidie

Source : Serambinews.com

1 komentar:

Silakan Memberi komentar,saran dan kritik untuk kemajuan di blog ini di kolom komentar bawah ini :